Minggu, 24 Juni 2012

Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

      Alkisah, seorang pemuda telah membunuh 99 nyawa orang. Ia hendak mencari orang paling alim. Ia pun ditunjukan kepada seorang rahib. Dihadapan rahib tersebut, ia bercerita bagaimana ia telah membunuh 99 orang dan bertanya kepada rahib tersebut " Apakah masih ada peluang bertobat bagiku".kata pemuda tersebut. " Wah, tidak," tukas sang rahib. Karena kesalnya pemuda itu pun langsung membunuh sang rahib, maka korbanya genaplah seratus.

      Ia beralih mencari orang alim yang lain. Seseorang menyarankan untuk menjumpai seorang kyai. Lagi ia pun menuturkan kemaksiatan yang telah ia lakukan. Ia lantas menayakan apakah kira Allah masih berkenan memberinya pengampunan " Mengapa tidak". jawab sang kyai,"pergilah ke mesjid itu. Disana banyak orang beribadah. Dan jangan kau kembali ke negerimu." Sedikit senang hati, si pemuda tersebut bergegas melangkahkan kakinya menuju mesjid yang dimaksud. Namun, ternyata ia menemui ajalnya di tengah perjalanan.

      Malaikat rahmat dan malaikat azab pun bertikai." ia telah bermaksud untuk bertobat dan memalingkan hatinya kepada Allah," kata malaikat rahmat. "Oh, tidak. ia sama sekali belum pernah melakukan kebaikan."kilah malaikat azab. Maka, Allah menengahi keduanya "Ukurlah jarak antara tempat ia meninggal dan negeri tempat ia bermaksiat, juga jarak antara tempat ia meninggal dan mesjid tempat ia hendak bertobat?". Ternyata, lokasi kematian sehasta lebih dekat ke mesjid yang ia tuju. Maka, malaikat rahmat pun berhak membawanya.



       Pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah bahwa hal yang paling sederhana pun , yakni gerak hati, bisa menjadi pembuka pintu rahmat Allah yang maha luas. Pemuda pembunuh tadi memang belum pernah melakukan ketaatan sama sekali, namun dalam hatinya ada niat kuat untuk bertaubat.Berkat tekad nya pun, jiwanya berhak untuk dibawa oleh malaikat rahmat. Niat juga menjadi penentu kualitas amal seseorang. NabiAllah SAW bersabda " Niat seorang mukmin itu lebih baik ketimbang amalnya."Beliau juga pernah bersabda" Semua amal itu tergantung dengan niat. Dan bagi setiap orang apa yang diniatkannya."

        Mohon jangan salah mengerti dengan paparan kisah diatas, bukan berarti kita bergembira dengan dosa, melainkan merekomendasikan perlunya melihat maha luasnya karunia Allah saat kita merasa tak berdaya ditengah kepungan dosa-dosa.Hal ini di kemukakan hikmah-hikmah Ibn 'Atha'illah dalam Al-Hikam, beliau bertutur :

      " Jangan lah sautu dosa yang terlihat begitu besar bagimu, merintangi dari prasangka baik kepada Allah. Sesungguhnya siapa yang mengenal Tuhan nya,akan menganggap dosanya tak seberapa di bandingkan kemurahan-Nya."


kehadiran dosa-dosa jangan pernah melalaikan kita dari kehadiran Allah.Mengingat dosa-dosa bukanlah bagian terpisah dari aktivitas dalam mengingat Allah.

Dengan tulisan ini saya bukan untuk menasehati ataupun menggurui, tapi hanya sekedar untuk mengingatkan. Bukankah kita manusia adalah mahkluk yang penuh kekurangan dan ke khilafan.


Sumber:  Kutipan cerita dari buku yang berjudul '' Dan Allah Maha Pengampun : Izza Rohman Nahrowi. "


          






Tidak ada komentar:

Posting Komentar