“Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada
bulan Ramadhan tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya..”
Rasulullah menaiki mimbar (untuk berkhutbah), menginjak anak
tangga pertama beliau mengucapkan “aamin”, begitu pula pada anak tangga kedua
dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan
‘aamin? Lalu beliau menjawab, malaikat Jibril datang dan berkata: Kecewa dan
merugi seseorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucapkan shalawat atasmu,
lalu aku berucap aamin. Kemudian malaikat berkata lagi, kecewa dan merugi orang
yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai
bisa masuk surga, lalu aku mengucapkan aamin. Kemudian katanya lagi, kecewa dan
merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak sampai
terampuni dosa-dosanya, lalu aku mengucapkan aamin. Hadits itu diriwayatkan
oleh Imam Ahmad.
Ramadhan adalah nama salah satu bulan dari dua belas bulan
Hijriyah, sama dengan Jum’at yang merupakan nama hari dari tujuh hari yang
terus berputar. Tidak ada perbedaan antara hari Jum’at dengan hari Senin,
demikian juga tidak ada bedanya antara Ramadhan dengan bulan lainnya. Secara
fisik, semua bulan dan hari itu sama saja. Perbedaannya sesungguhnya terletak
pada pemaknaan atasnya. Pemaknaan itu bisa terkait dengan momentum sejarah,
bisa juga karena secara sengaja telah ditetapkan oleh Sang Pencipta hari dan
bulan untuk memuliakannya.
Ramadhan telah memenuhi kedua alasan di atas, selain
disengaja oleh Allah untuk disucikan dan dimuliakan, di dalamnya terdapat juga
berbagai peristiwa sejarah yang sangat monumental. Sejarah itu tidak saja
terjadi pada Rasulullah Salallaahu ‘alaihi wa sallam, tapi juga terjadi pada
masa-masa kenabian jauh sebelumnya.
Dalam beberapa hadits dan keterangan yang lain disebutkan
semua kitab suci diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan. Nabi Ibrahim
‘Alaihis salaam menerima kitab pada hari pertama atau ketiga pada bulan
Ramadhan. Nabi Daud As juga menerima kitab Zabur pada hari kedua belas atau
delapan belas bulan yang sama. Demikian juga nabi Musa As dan Isa As, masing
masing telah menerima kitab Taurat dan Injil pada bulan Ramadhan. Nabi Muhammad
Saw, sebagai nabi pamungkas menerima kitab al-Qur’an pada tanggal 17 bulan
Ramadhan.
Adalah desain dari “atas”, jika semua kitab suci diturunkan
pada bulan Ramadhan. Kesengajaan itu semata-mata ditujukan untuk mensucikan dan
memuliakannya. Memang ada empat bulan lainnya yang dimuliakan Allah, tapi
Ramadhan tetap menempati urutan teratas. Bukan hanya karena momentumnya, tapi
terlebih karena Allah Swt menjanjikan berbagai bonus dan diskon istimewa.
Karena alasan itulah, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, Rasulullah saw telah
menyambutnya.
Sejak bulan Sya’ban, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar
mempersiapkan diri menyambut kedatangan “tamu mulia” ini, yaitu dengan
memperbanyak ibadah, terutama ibadah shaum. Yang belum terbiasa shaum pada hari
Senin dan Kamis, diharapkan pada bulan Sya’ban sudah mulai menjalankannya. Jika
belum mampu, cukup dengan tiga hari di tengah bulan. Hal ini dilakukan
semata-mata untuk mempersiapkan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan
yang disucikan tersebut.
Bulan Sya’ban adalah bulan persiapan. Seorang Muslim yang akan memasuki arena Ramadhan hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya.Dalam dirinya sudah terbayang suasana indah Ramadhan tersebut. Suasana itu tergambar dalam hatinya dan terukir dalam benak fikirannya. Kehadirannya dirindukan dan dinanti-nantikan. Ibarat orang dipenjara yang selalu menghitung hari pembebasannya, maka setiap hati sangatlah berarti. Begitulah gambaran seorang Muslim, terutama para sahabat Nabi di masa yang lalu.
Bulan Sya’ban adalah bulan persiapan. Seorang Muslim yang akan memasuki arena Ramadhan hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya.Dalam dirinya sudah terbayang suasana indah Ramadhan tersebut. Suasana itu tergambar dalam hatinya dan terukir dalam benak fikirannya. Kehadirannya dirindukan dan dinanti-nantikan. Ibarat orang dipenjara yang selalu menghitung hari pembebasannya, maka setiap hati sangatlah berarti. Begitulah gambaran seorang Muslim, terutama para sahabat Nabi di masa yang lalu.
Saat-saat menanti Ramadhan, para sahabat tak bedanya seperti
calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Jauh hari sebelum hari
“H” nya, mereka sudah memikirkan hal-hal yang sekecil-kecilnya. Mereka
berfikir, gaun apa yang akan dipakai pada saat yang penting itu, apa yang
diucapkannya, sampai bagaimana cara jalannya dan menata senyumnya. Begitulah
gambaran seorang Muslim yang merindukan datangnya Ramadhan. Tiada seorangpun di
antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya
mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan
semangat yang menyala-nyala.
Merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan
Sya’ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan
Ramadhan. Saat itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin untuk saling meminta maaf di
antara mereka. Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang
tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Mereka ingin memasuki
bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana
ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Kebiasaan Rasulullah dan para sahabatnya ini perlu
dihidupkan lagi tanpa harus mengubah tradisi yang sudah ada dan eksis sampai
saat ini. Biarlah hari raya ‘Idul Fitri tetap dalam tradisinya, tapi pada akhir
bulan Sya’ban perlu ditradisikan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan Nabi,
yaitu dengan memperbanyak silaturrahim, saling meminta maaf, dan bertahniah,
selain menyambutnya dengan ceramah yang dikhususkan untuk itu. Tahniah, saling
mengucapkan “selamat” adalah kebiasaan baik yang ditadisikan Rasulullah.
Mestinya ummat Islam lebih serius mengirim kartu Ramadhan daripada kartu
lebaran.
Diperlukan kepeloporan dari kita semua untuk memulai tradisi
baru dalam menyambut Ramadhan sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Kita perlu
sedikit kreatif untuk memulainya. Ide-ide baru juga perlu dimunculkan untuk
menggagas kegairahan ummat dalam menyambut bulan suci tersebut. Perlu ada
energi khusus untuk mengalihkan pusat perhatian ummat yang hanya tertuju pada
hari raya kepada bulan Ramadhan. Ini bukan pekerjaan ringan, karena kebiasaan
yang ada saat ini sudah mendarah mendaging.
Tidaklah salah bila seseorang berziarah kubur saat menjelang
Ramadhan, sebagaimana berziarah kubur di hari-hari yang lain. Hanya saja
tradisi itu perlu diluruskan dengan memberi pemahaman kepada mereka tentang
tata cara berziarah kubur, dan terutama tujuannya. Jangan sampai mereka salah
niat dan tujuannya. Jangan pula salah tata caranya. Ini penting karena
menyangkut “Aqidah”.
Perlu juga dipahamkan, mengapa mereka lebih menyukai berziarah kepada orang yang sudah mati, sedangkan kepada orang yang masih hidup mereka enggan untuk menziarahinya. Padahal yang masih hidup itu bisa jadi adalah orang tua mereka sendiri, paman-bibi, saudara-saudara, dan handai tolannya sendiri. Menziarahi kubur orang yang sudah mati itu baik, tapi menziarahi orang yang masih hidup jauh lebih dianjurkan lagi.
Tujuan berziarah kubur untuk mengingatkan kita akan kematian. Sedangkan tujuan berziarah kepada orang yang masih hidup adalah untuk menyambung silaturrahim, yang intinya adalah untuk menjaga kalangsungan hidup itu sendiri.Dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjungi kaum kerabat, terutama orang tua untuk mengucapkan tahniah, memohon maaf, dan meminta nasehat menjelang ramadhan. Jika jaraknya jauh, bisa ditempuh melalui telepon, surat pos, atau dengan cara-cara lain yang memungkinkan pesan itu sampai ke tujuan. Adalah baik jika kebiasaan itu dikemas secara kreatif, misalnya dengan mengirimkan kartu ramadhan yang berisi tiga hal di atas.
Perlu juga dipahamkan, mengapa mereka lebih menyukai berziarah kepada orang yang sudah mati, sedangkan kepada orang yang masih hidup mereka enggan untuk menziarahinya. Padahal yang masih hidup itu bisa jadi adalah orang tua mereka sendiri, paman-bibi, saudara-saudara, dan handai tolannya sendiri. Menziarahi kubur orang yang sudah mati itu baik, tapi menziarahi orang yang masih hidup jauh lebih dianjurkan lagi.
Tujuan berziarah kubur untuk mengingatkan kita akan kematian. Sedangkan tujuan berziarah kepada orang yang masih hidup adalah untuk menyambung silaturrahim, yang intinya adalah untuk menjaga kalangsungan hidup itu sendiri.Dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjungi kaum kerabat, terutama orang tua untuk mengucapkan tahniah, memohon maaf, dan meminta nasehat menjelang ramadhan. Jika jaraknya jauh, bisa ditempuh melalui telepon, surat pos, atau dengan cara-cara lain yang memungkinkan pesan itu sampai ke tujuan. Adalah baik jika kebiasaan itu dikemas secara kreatif, misalnya dengan mengirimkan kartu ramadhan yang berisi tiga hal di atas.
Berikut ini adalah contoh khutbah Rasulullah dalam menyambut
Ramadhan:
“Wahai ummatku, akan
datang kepadamu bulan yang mulia, bulan penuh berkah, yang pada malam itu ada
malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Itulah malam dimana Tuhan memberi
perintah bahwa kewajiban puasa harus dilakukan di siang hari; dan Dia
menciptakan shalat khusus (tarawih) di malam hari.
Barang siapa yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah
dengan melakukan kebaikan-kebaikan pada bulan ini maka dia akan mendapatkan
ganjaran seperti jika dia menunaikan suatu ibadah di bulan-bulan lain pada
tahun itu. Dan barangsiapa yang menunaikan suatu ibadah kepada Allah, maka dia
akan mendapatkan tujuh puluh kali lipat ganjaran orang yang melakukan ibadah di
bulan bulan lain pada tahun itu.
Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan
pahala kesabaran yang sejati adalah surga. Inilah bulan yang penuh simpati
terhadap sesama manusia; ini juga merupakan bulan di mana rizqi seseorang
ditambah. Barangsiapa memberi makan orang lain untuk berbuka puasa, maka dia
akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan dijauhkan dari api neraka, dan
dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang diberinya makan untuk berbuka
puasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun.
Kami (para sahabat) bertanya, wahai Rasulullah, tak
semua orang di antara kami mempunyai cukup persediaan untuk memberi makan orang
lain yang berpuasa. Rasulullah Saw menjawab, Allah memberikan pahala yang sama
bagi orang yang memberi orang lain yang sedang berpuasa sebuah kurma dan
segelas air minum atau seteguk susu untuk mengakhiri puasanya.
Inilah bulan yang bagian awalnya membawa keberkahan
dari Allah Swt, bagian tengahnya membawa ampunan Allah, dan bagian akhirnya
menjauhkan dari api neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang di
bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.
Dan pada bulan ini ada empat perkara yang harus kalian
lakukan dalam jumlah besar, dua di antaranya adalah berbakti kepada Allah,
sedang dua lainnya adalah hal-hal yang tanpa itu kamu tidak akan berhasil.
Berbakti kepada Allah adalah membaca syahadat yang berarti kamu bersaksi akan
keesaan Allah. La ilaaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah) dan memohon
ampunan Allah atas kesalahan-kesalahan yang kalian lakukan. Sedangkan dua hal
lainnya yang tanpa itu kalian tak akan berhasil adalah kalian harus memohon
kepada Allah untuk dapat masuk surga dan memohon kepada-Nya untuk dijauhkan
dari api neraka.
Dan barangsiapa yang memberi minum kepada orang yang
berpuasa, maka Allah akan memberinya minum dari sumber airku, air yang jika
diminum tak akan pernah membuatnya haus hingga pada hari dia memasuki surga.”
Titanium vs Stainless Steel - The Classic Game - iTomeGames
BalasHapusTitanium vs Stainless Steel. This titanium nitride coating service near me is a joico titanium classic game. Titanium vs stainless polished titanium steel. Also, Titanium vs Stainless babyliss pro nano titanium curling iron Steel is a game based does titanium tarnish on a standard