Minggu, 24 Juni 2012

Balada Si Tangan Kiri

     " Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh mengetahui." Kalimat diatas menduduki peringkat ke-2 dalam kategori " alasan-alasan terbaik untuk tidak bersedekah." dalam kamus saya setelah alasan " biar sedikit yang penting ikhlas."

      entah kenapa kalimat itu menjadi alasan favorit saya sebagai alasan. sampai-sampai ketika ingin memasukan uang seribu rupiah ke kotak infak pas sholat jum'at saya menyimpan tangan kiri saya ke dalam saku celana supaya tangan kiri saya nggak tahu kalau tangan kanan saya sedang bersedekah...( cuma becanda ). Tapi saya pikir banyak teman-teman sepaham kala itu.
      Apa akibatnya? Setiap kali ada kesempatan untuk bersedekah atau mengajak orang lain untuk bersedekah, kalimat itu selalu terngiang di telinga hampir selalu mengurungkan niat untuk sedekah. 

      Setelah akhirnya kemudian seorang " Pecinta Sedekah " menjelaskan kepada saya bahwa hadist " Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh mengetahui."itu sebenarnya lebih dimaksudkan untuk menjaga perasaan dan kemuliaan bagi orang yang menerima sedekah kita.
      Kemudian ia menunjukan sebuah ayat yang menarik dari Al-Quran yang mulia," 

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia memuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka dia akan berkata :" Tuhanku telah memuliakan ku "Adapun bila Tuhanya mengujinya lalu membatasi riskinya maka dia berkata :" Tuhanku menghinaku." Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu TIDAK SALING MENGAJAK memberi makan orang miskin." ( QS.Al Fajr: 15-18)

      Nah,bagaimana caranya" tangan kiri" tidak boleh tahu kalau di dalam Al Quran sendiri kita malah  di haruskan mengajak tangan kiri (orang lain)?

Ada ayat lain tentang sedekah terang-terangan :

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara sembunyi-sembunyi atau TERANG-TERANGAN, maka mereka mndapatkan pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS: Al Baqarah 274 )  

      Ayat lain yang juga memperbolehkan kita bersedekah secara terang-terangan : Ar Ra'ad 22, An Nahl 75, dan Al Fathir 29.

Sebetulnya yang dilarang adalah menyiarkan bahwa kita telah bersedakah kepada Si anu sekian, Si ani sekian sehingga membuat mereka merasa malu pada orang lain.
     Salah satu manfaat sedekah terang-terangan adalah kita bisa memotivasi orang lain untuk ikut bersedekah dan kita juga mendapat kebaikan dari orang yang bersedekah karena ajakan kita tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari orang itu sendiri. Mantap nggak tuh?

      Nah karena sudah paham, ayo sekarang saatnya kita mengajak "tangan kiri" untuk ikut bersedekah.

"Tidak ada kebaikan pada banyak bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari mereka yang menyuruh ( manusia ) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamian diantara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka kelak kami akan memberikan kapada mereka pahala yang besar." (QS. An Nisaa: 114 )




sumber : Kutipan Cerita dari buku  " Ternyata Sedekah nggak Harus Ikhlas : Marah Adil, Psd " dengan gubahan seperlunya





          




Sedekah Nggak Harus Nunggu Ikhlas


" Bersedekahlah dengan tidak ikhlas!" kata salah seorang guru saya ketika kami sedang menikmati makan siang di kantin sekolah setelah berjibaku dengan mata pelajaran yang membuat otak saya serasa kosong.

" Halah, halah,halah....apalagi ini?" pikir saya, tapi saya diam saja karena ingin menyimak lebih jauh apa yang akan disampaikannya dan terus menikmati hidangan yang berda diatas meja.

" Kebanyakan dari kita ketika ingin bersedakah selalu mengatakan bahwa sedekah itu harus ikhlas, tapi itu biasaya cuma alasan saja supaya sedekah yang dikeluarkan jumlahnya sangat kecil dan supaya isi dompetnya dapat terselamatkan." katanya melanjutkan penjelasan.

" Coba, berapa jumlah yang kamu biasa keluarkan ketika dimintai sedekah atau ketika da kesempatan untuk bersedekah ?" katanya. "Hmmmm...Berapa ya?Rp. 10.000 atau Rp. 20.000 biasanya," jawab saya.
" Dan kamu ikhlas ?" sindirnya.
" He..he...he..iya sih pak, ikhlas nya cuma segitu," jawab saya bisa nyengir.
" Kalau kamu saya suruh sedekah Rp.100.000, kamu mau nggak?'pancing guru ku.
" Wah mau sih......tapi berat pak...memangnya mau di sedakahin kemana sih pak?" saya mulai deg-degan," Jangan-jangan saya mau di todong buat sedekah segitu nech" Canda saya yang sedikit agak panik.
"Nah, coba kamu pikir....kalau kamu bersedakah dengan ikhlas Rp. 10.000 dibandingin kamu bersedekah tidak ikhlas Rp. 100.000 mana yang lebih baik ?" tanyanya.
"Yang Rp.10.000 dong,pak," jawab saya dengan cepat
" Loh kenapa ?" kata guru ku.
" Kan yang penting ikhlas....ngapain saya sedekah besar-besar kalau nggak ikhlas...nanti sedekahnya nggak diterima dong," jawab saya.
" Itu lebih baik di hitung bagi kamu atau lebih baik bagi dari orang yang menerima dan membutuhkan?" pertanyaan itu membuat saya tersedak dan buru-buru saya meneguk teh manis yang ada di depan saya.

" Banyak orang berasalasan bersedekah itu biar sedikit asal ikhlas...menurut saya itulah sedekah yang paling egois...Bahkan untuk beramal pun dia masih memikirkan egonya sendiri, keikhlasan sendiri. Bukannya memikirkan manfaat dari sedekah untuk orang lain".

Coba pikirkan, taruhlah misalnya kamu ikhlasnya cuma Rp.10.000 tapi kemampuan kamu untuk bersedakah Rp.100.000 maka berikan saja sedekah yang terbesar. Nanti hitung-hitungannya seperti ini: sedekah Rp.10.000 akan dinilai sebagai sedekah yang ikhlas dan sedekah Rp. 90.000 sisinya akan dihitung sebagai sedekah yang bermanfaat bagi orang lain.

Misalnya uang yang kamu sedekahkan itu dibelikan pakain untuk orang miskin, tentu pahala manfaat sedekah itu akan tetap mengalir selama pakain itu melekat di tubuhnya. Begitu pula misalnya sedekah itu dibelikan makanan," urai sang guru panjang lebar.

" Betul juga ya....selama ini saya bersedekah hanya memikirkan apakah pahala sedekah saya ini diterima atau tidak, ikhlas atau tidak dan hal-hal lain membuat saya menunda atau mengecilkan jumlah sedekah saya," saya hanya tertegun mendengarkan penjelasan yang masuk akal itu.
Bahkan Jim Rohn pernah menasehati Anthony Robbins tentang keutamaan sedekah dalam jumlah besar ," biasakanlah berbagi dalam jumlah besar, itu bukan saja baik bagi orang orang lain, tetapi juga baik bagi diri mu sendiri."




AYO SEDEKAHHH.......


Sumber: Kutipan cerita dari buku "Ternyata sedekah itu nggak harus ikhlas : Marah Adil, Psd" dengan gubahan seperlunya





          


Tak Memadamkan Asa di Sela Tumpukan Dosa

      Alkisah, seorang pemuda telah membunuh 99 nyawa orang. Ia hendak mencari orang paling alim. Ia pun ditunjukan kepada seorang rahib. Dihadapan rahib tersebut, ia bercerita bagaimana ia telah membunuh 99 orang dan bertanya kepada rahib tersebut " Apakah masih ada peluang bertobat bagiku".kata pemuda tersebut. " Wah, tidak," tukas sang rahib. Karena kesalnya pemuda itu pun langsung membunuh sang rahib, maka korbanya genaplah seratus.

      Ia beralih mencari orang alim yang lain. Seseorang menyarankan untuk menjumpai seorang kyai. Lagi ia pun menuturkan kemaksiatan yang telah ia lakukan. Ia lantas menayakan apakah kira Allah masih berkenan memberinya pengampunan " Mengapa tidak". jawab sang kyai,"pergilah ke mesjid itu. Disana banyak orang beribadah. Dan jangan kau kembali ke negerimu." Sedikit senang hati, si pemuda tersebut bergegas melangkahkan kakinya menuju mesjid yang dimaksud. Namun, ternyata ia menemui ajalnya di tengah perjalanan.

      Malaikat rahmat dan malaikat azab pun bertikai." ia telah bermaksud untuk bertobat dan memalingkan hatinya kepada Allah," kata malaikat rahmat. "Oh, tidak. ia sama sekali belum pernah melakukan kebaikan."kilah malaikat azab. Maka, Allah menengahi keduanya "Ukurlah jarak antara tempat ia meninggal dan negeri tempat ia bermaksiat, juga jarak antara tempat ia meninggal dan mesjid tempat ia hendak bertobat?". Ternyata, lokasi kematian sehasta lebih dekat ke mesjid yang ia tuju. Maka, malaikat rahmat pun berhak membawanya.



       Pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah bahwa hal yang paling sederhana pun , yakni gerak hati, bisa menjadi pembuka pintu rahmat Allah yang maha luas. Pemuda pembunuh tadi memang belum pernah melakukan ketaatan sama sekali, namun dalam hatinya ada niat kuat untuk bertaubat.Berkat tekad nya pun, jiwanya berhak untuk dibawa oleh malaikat rahmat. Niat juga menjadi penentu kualitas amal seseorang. NabiAllah SAW bersabda " Niat seorang mukmin itu lebih baik ketimbang amalnya."Beliau juga pernah bersabda" Semua amal itu tergantung dengan niat. Dan bagi setiap orang apa yang diniatkannya."

        Mohon jangan salah mengerti dengan paparan kisah diatas, bukan berarti kita bergembira dengan dosa, melainkan merekomendasikan perlunya melihat maha luasnya karunia Allah saat kita merasa tak berdaya ditengah kepungan dosa-dosa.Hal ini di kemukakan hikmah-hikmah Ibn 'Atha'illah dalam Al-Hikam, beliau bertutur :

      " Jangan lah sautu dosa yang terlihat begitu besar bagimu, merintangi dari prasangka baik kepada Allah. Sesungguhnya siapa yang mengenal Tuhan nya,akan menganggap dosanya tak seberapa di bandingkan kemurahan-Nya."


kehadiran dosa-dosa jangan pernah melalaikan kita dari kehadiran Allah.Mengingat dosa-dosa bukanlah bagian terpisah dari aktivitas dalam mengingat Allah.

Dengan tulisan ini saya bukan untuk menasehati ataupun menggurui, tapi hanya sekedar untuk mengingatkan. Bukankah kita manusia adalah mahkluk yang penuh kekurangan dan ke khilafan.


Sumber:  Kutipan cerita dari buku yang berjudul '' Dan Allah Maha Pengampun : Izza Rohman Nahrowi. "


          






NASIHAT KEPEMIMPINAN

Keindahan dan keluhuran pribadi akan tampak dari kesanggupan diri untuk bersabar atas musibah dan kesulitan yang menimpanya.

Orang yang bijak adalah yang menikmati hidup dengan sedikit keinginan. makin banyak keinginan, semakin besar peluang untuk gelisah.

Kesedihan yang kita alami adalah sebuah fase untuk memproleh kekuatan baru, bukan pintu kelemahan yang justru merugikan.

Orang yang mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain akan memetik buah dari perbuatanya berupa kegagalan perjuangan diri.

Salah satu kelemahan kita adalah mudah terbuai oleh mimpi - mimpi. Kita hanya larut dalam mimpi tapi tidak bergerak dan bekerja meraih mimpinya.

Belajarlah untuk menikmati hak kita dengan benar sehingga dapat bermanfaat dan modal kebahagiaan bagi orang lain.

Sesungguhnya keberuntungan itu tidak diukur dari apa yang kita dapatkan. Melainkan dari nilai manfaat yang ada pada diri kita sehingga berguna bagi orang lain.

Beruntunglah orang yang menjadikan masalah sebagai saran evaluasi dan memperbaiki diri,karena hal itulah yang dapat mengundang pertolongan Allah.

Kegagalan pertama bagi seseorang adalah tidak adanya kemauan kuat melakukan sesuatu dengan benar.

Memiliki keinginan itu normal. Adalah tidak normal jika seseorang tidak memiliki keinginan atau malah diperbudak oleh keinginannya.

Memberikan kepercayan kepada orang lain tidaklah mudah. Cobalah utuk mempercayai diri sendiri, kita mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Jika kita ingin menilai diri sendiri maka lihatlah siapa orang-orang di sekeliling kita yang coba kita dekati dan jauhi.

Keberanian tidak hanya dibutuhkan dalam peperangan. Saat kita menyampaikan dan menerima kebenaran pun dibutuhkan keberanian yang luar biasa.

Jangan pernah menyuruh orang lain sebelum kita menyuruh diri sendiri. Jangan pernah melarang orang lain sebelum kita melarang diri sendiri.

Jika setiap orang atau pesaing kita anggap musuh, maka kita tidak pernah memperoleh kemajuan.

Tidaklah layak orang takut pada resiko kritik, sebab seseorang tidak akan jatuh derajatya karena kritik.

Tidak ada dengan masalah,yang menjadikan masalah adalah cara kita dalam menyingkapi masalah tersebut.

Seseorang tidak akan berubah menjadi lebih baik, kecuali dia mempunyai keberanian untuk melihat kekurangan diriny sendiri.

Jadikan setiap bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan untuk memperbaiki diri.

Yang paling dapat menjatuhkan orang itu adalah ketidakseimbangan antara ucapan dan perbuatan.

Orang yang sibuk melihat kehebatan dan jasanya tanpa memperdulikan kebaikan orang lain biasanya akan terjebak dalam keegoisan dan kesombongan.

Siapapun yang menginginkan perubahan dalam dirinya terjadi dangan cepat, kuncinya adalah membangun keyakinan yang kuat kepada Allah SWT.

BEKERJA KERAS adalah bagian dari fisik. BEKERJA CERDAS merupakan bagian dari otak. BEKERJA IKHLAS ialah bagian dari hati.



Sumber : " Nasihat Kepempinan : AA Gym". Diterbitkan oleh : MQ Publishing."
 


Jumat, 22 Juni 2012

PERSIAPAN MENJELANG RAMADHAN


 “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya..”

Rasulullah menaiki mimbar (untuk berkhutbah), menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan “aamin”, begitu pula pada anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, mengapa Rasulullah mengucapkan ‘aamin? Lalu beliau menjawab, malaikat Jibril datang dan berkata: Kecewa dan merugi seseorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucapkan shalawat atasmu, lalu aku berucap aamin. Kemudian malaikat berkata lagi, kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga, lalu aku mengucapkan aamin. Kemudian katanya lagi, kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak sampai terampuni dosa-dosanya, lalu aku mengucapkan aamin. Hadits itu diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Ramadhan adalah nama salah satu bulan dari dua belas bulan Hijriyah, sama dengan Jum’at yang merupakan nama hari dari tujuh hari yang terus berputar. Tidak ada perbedaan antara hari Jum’at dengan hari Senin, demikian juga tidak ada bedanya antara Ramadhan dengan bulan lainnya. Secara fisik, semua bulan dan hari itu sama saja. Perbedaannya sesungguhnya terletak pada pemaknaan atasnya. Pemaknaan itu bisa terkait dengan momentum sejarah, bisa juga karena secara sengaja telah ditetapkan oleh Sang Pencipta hari dan bulan untuk memuliakannya.

Ramadhan telah memenuhi kedua alasan di atas, selain disengaja oleh Allah untuk disucikan dan dimuliakan, di dalamnya terdapat juga berbagai peristiwa sejarah yang sangat monumental. Sejarah itu tidak saja terjadi pada Rasulullah Salallaahu ‘alaihi wa sallam, tapi juga terjadi pada masa-masa kenabian jauh sebelumnya.

Dalam beberapa hadits dan keterangan yang lain disebutkan semua kitab suci diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan. Nabi Ibrahim ‘Alaihis salaam menerima kitab pada hari pertama atau ketiga pada bulan Ramadhan. Nabi Daud As juga menerima kitab Zabur pada hari kedua belas atau delapan belas bulan yang sama. Demikian juga nabi Musa As dan Isa As, masing masing telah menerima kitab Taurat dan Injil pada bulan Ramadhan. Nabi Muhammad Saw, sebagai nabi pamungkas menerima kitab al-Qur’an pada tanggal 17 bulan Ramadhan.

Adalah desain dari “atas”, jika semua kitab suci diturunkan pada bulan Ramadhan. Kesengajaan itu semata-mata ditujukan untuk mensucikan dan memuliakannya. Memang ada empat bulan lainnya yang dimuliakan Allah, tapi Ramadhan tetap menempati urutan teratas. Bukan hanya karena momentumnya, tapi terlebih karena Allah Swt menjanjikan berbagai bonus dan diskon istimewa. Karena alasan itulah, jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, Rasulullah saw telah menyambutnya.

Sejak bulan Sya’ban, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar mempersiapkan diri menyambut kedatangan “tamu mulia” ini, yaitu dengan memperbanyak ibadah, terutama ibadah shaum. Yang belum terbiasa shaum pada hari Senin dan Kamis, diharapkan pada bulan Sya’ban sudah mulai menjalankannya. Jika belum mampu, cukup dengan tiga hari di tengah bulan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mempersiapkan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan yang disucikan tersebut.

Bulan Sya’ban adalah bulan persiapan. Seorang Muslim yang akan memasuki arena Ramadhan hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya.Dalam dirinya sudah terbayang suasana indah Ramadhan tersebut. Suasana itu tergambar dalam hatinya dan terukir dalam benak fikirannya. Kehadirannya dirindukan dan dinanti-nantikan. Ibarat orang dipenjara yang selalu menghitung hari pembebasannya, maka setiap hati sangatlah berarti. Begitulah gambaran seorang Muslim, terutama para sahabat Nabi di masa yang lalu.

Saat-saat menanti Ramadhan, para sahabat tak bedanya seperti calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Jauh hari sebelum hari “H” nya, mereka sudah memikirkan hal-hal yang sekecil-kecilnya. Mereka berfikir, gaun apa yang akan dipakai pada saat yang penting itu, apa yang diucapkannya, sampai bagaimana cara jalannya dan menata senyumnya. Begitulah gambaran seorang Muslim yang merindukan datangnya Ramadhan. Tiada seorangpun di antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat yang menyala-nyala.

Merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan Sya’ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan. Saat itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin untuk saling meminta maaf di antara mereka. Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.

Kebiasaan Rasulullah dan para sahabatnya ini perlu dihidupkan lagi tanpa harus mengubah tradisi yang sudah ada dan eksis sampai saat ini. Biarlah hari raya ‘Idul Fitri tetap dalam tradisinya, tapi pada akhir bulan Sya’ban perlu ditradisikan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan Nabi, yaitu dengan memperbanyak silaturrahim, saling meminta maaf, dan bertahniah, selain menyambutnya dengan ceramah yang dikhususkan untuk itu. Tahniah, saling mengucapkan “selamat” adalah kebiasaan baik yang ditadisikan Rasulullah. Mestinya ummat Islam lebih serius mengirim kartu Ramadhan daripada kartu lebaran.

Diperlukan kepeloporan dari kita semua untuk memulai tradisi baru dalam menyambut Ramadhan sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Kita perlu sedikit kreatif untuk memulainya. Ide-ide baru juga perlu dimunculkan untuk menggagas kegairahan ummat dalam menyambut bulan suci tersebut. Perlu ada energi khusus untuk mengalihkan pusat perhatian ummat yang hanya tertuju pada hari raya kepada bulan Ramadhan. Ini bukan pekerjaan ringan, karena kebiasaan yang ada saat ini sudah mendarah mendaging.

Tidaklah salah bila seseorang berziarah kubur saat menjelang Ramadhan, sebagaimana berziarah kubur di hari-hari yang lain. Hanya saja tradisi itu perlu diluruskan dengan memberi pemahaman kepada mereka tentang tata cara berziarah kubur, dan terutama tujuannya. Jangan sampai mereka salah niat dan tujuannya. Jangan pula salah tata caranya. Ini penting karena menyangkut “Aqidah”.

Perlu juga dipahamkan, mengapa mereka lebih menyukai berziarah kepada orang yang sudah mati, sedangkan kepada orang yang masih hidup mereka enggan untuk menziarahinya. Padahal yang masih hidup itu bisa jadi adalah orang tua mereka sendiri, paman-bibi, saudara-saudara, dan handai tolannya sendiri. Menziarahi kubur orang yang sudah mati itu baik, tapi menziarahi orang yang masih hidup jauh lebih dianjurkan lagi.

Tujuan berziarah kubur untuk mengingatkan kita akan kematian. Sedangkan tujuan berziarah kepada orang yang masih hidup adalah untuk menyambung silaturrahim, yang intinya adalah untuk menjaga kalangsungan hidup itu sendiri.Dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjungi kaum kerabat, terutama orang tua untuk mengucapkan tahniah, memohon maaf, dan meminta nasehat menjelang ramadhan. Jika jaraknya jauh, bisa ditempuh melalui telepon, surat pos, atau dengan cara-cara lain yang memungkinkan pesan itu sampai ke tujuan. Adalah baik jika kebiasaan itu dikemas secara kreatif, misalnya dengan mengirimkan kartu ramadhan yang berisi tiga hal di atas.

Adapun tentang ceramah yang diselenggarakan khusus untuk menyambut ramadhan, Rasulullah telah memberikan contohnya. Pada saat itu sangat tepat jika disampaikan tentang segala hal yang berkait langsung dengan Ramadhan. Mulai dari janji-janji Allah terhadap mereka yang bersungguh-sungguh menjalani ibadah Ramadhan, amalan-amalan yang harus dan sunnah dikerjakan selama ramadhan, sampai tentang tata cara menjalankan seluruh rangkain ibadah tersebut.

Berikut ini adalah contoh khutbah Rasulullah dalam menyambut Ramadhan:

Wahai ummatku, akan datang kepadamu bulan yang mulia, bulan penuh berkah, yang pada malam itu ada malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Itulah malam dimana Tuhan memberi perintah bahwa kewajiban puasa harus dilakukan di siang hari; dan Dia menciptakan shalat khusus (tarawih) di malam hari.

Barang siapa yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan kebaikan-kebaikan pada bulan ini maka dia akan mendapatkan ganjaran seperti jika dia menunaikan suatu ibadah di bulan-bulan lain pada tahun itu. Dan barangsiapa yang menunaikan suatu ibadah kepada Allah, maka dia akan mendapatkan tujuh puluh kali lipat ganjaran orang yang melakukan ibadah di bulan bulan lain pada tahun itu.

Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan pahala kesabaran yang sejati adalah surga. Inilah bulan yang penuh simpati terhadap sesama manusia; ini juga merupakan bulan di mana rizqi seseorang ditambah. Barangsiapa memberi makan orang lain untuk berbuka puasa, maka dia akan mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan dijauhkan dari api neraka, dan dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang diberinya makan untuk berbuka puasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun.

 Kami (para sahabat) bertanya, wahai Rasulullah, tak semua orang di antara kami mempunyai cukup persediaan untuk memberi makan orang lain yang berpuasa. Rasulullah Saw menjawab, Allah memberikan pahala yang sama bagi orang yang memberi orang lain yang sedang berpuasa sebuah kurma dan segelas air minum atau seteguk susu untuk mengakhiri puasanya.

 Inilah bulan yang bagian awalnya membawa keberkahan dari Allah Swt, bagian tengahnya membawa ampunan Allah, dan bagian akhirnya menjauhkan dari api neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang di bulan ini, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka.

Dan pada bulan ini ada empat perkara yang harus kalian lakukan dalam jumlah besar, dua di antaranya adalah berbakti kepada Allah, sedang dua lainnya adalah hal-hal yang tanpa itu kamu tidak akan berhasil. Berbakti kepada Allah adalah membaca syahadat yang berarti kamu bersaksi akan keesaan Allah. La ilaaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah) dan memohon ampunan Allah atas kesalahan-kesalahan yang kalian lakukan. Sedangkan dua hal lainnya yang tanpa itu kalian tak akan berhasil adalah kalian harus memohon kepada Allah untuk dapat masuk surga dan memohon kepada-Nya untuk dijauhkan dari api neraka.

Dan barangsiapa yang memberi minum kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memberinya minum dari sumber airku, air yang jika diminum tak akan pernah membuatnya haus hingga pada hari dia memasuki surga.”

Sumber :http://madinatulilmi.com

LAGU ANAK-ANAK SEKARANG....

Dengan tulisan ini bukan saya bermaksud untuk menggurui..tapi hanya sekedar menyampaikan uneg2 ( uneg2 itu bukanya makanan yg terbuat dari ketan n biasanya isinya kacang ijo'.....haaah...itu sih onde2..jauh amat...he..hee.:P ).Kenapa ya zaman sekarang anak-anak banyak di suguhkan dgn acara2 yg tidak sesuai dengan usia mereka.

Beda banget dengan zaman saya kecil ( emang kamu pernah kecil..he..he...:P )  dulu. Bahkan lagu yang bertema kan anak-anak saat ini hampir tak ada.Ga tahu kenapa saat  ini jarang sekali pencipta lagu yang mau memproduksi lagu anak, hampir bisa dipastikan di semua stasiun televisi sangat minim yang mengangkat lagu anak sebagai bagian dari acara-acara produksi mereka.Yang ada mungkin acara sinetron yang menampilkan anak sebagai tokoh tapi peran yang dimainkan tidak sesuai dengan umur mereka, yang lebih cendrung yang tidak mendidik. 

Tentu kita masih  ingatkan lagu ciptaan Papa T. Bob, Pak Kasur, AT Mahmud, , Ibu Sud,  yang mungkin sebagian dari kita masih hapal. Jika dilihat dari segi lirik lagunya banyak yang memberikan pelajaran bagi anak-anak. Kemudian muncul sosok kaya Joshua, Agnes Monica, Eno Lerian, Trio Kwek-Kwek, yang sering menghiasi pertelvisian  Indonesia pada waktu itu. Tapi semua lagu yang mereka bawakan, saat ini tidak terlalu populer dikalangan anak masa kini.

Lagu anak seperti : Ambilkan bulan bu, Amelia, Aku anak gembala, Anak kuat, Balonku, Bintang kejora, Bulan sabit, Burung kutilang, Cemara, Desaku, Cangkul, Kunang kunang, Kupu kupu, menanam Jagung, Naik delman, Paman datang, Tik tik bunyi hujan, Topi saya bundar,dan banyak lagi lagu lainnya yang hampir sebagian besar dari liriknya bercerita tentang Alam, Hewan, Tanaman, Bunga, dan lingkungan yang ada disekeliling kita.

Apalagi di tambah dengan kemajuan teknologi membuat anak-anak sekerang lebih mengenal lagu dari luar negeri seperti, Bruno Mars, Jason Mraz, Justin Beober, Lady Gaga, Katy Perry. Hampir dapat dipastikan mereka mengenal dan hapal lagu yang menjadi hits dari penyanyi tersebut. Hal tersebut membuat prihatin dari semua kalangan bahwa anak-anak jaman sekarang lebih mengenal artis dari luar ketimbang dari dala negeri, ditambah lagu-lagu nya bukan untuk anak-anak melainkan lebih kepada lagu untuk remaja dan orang dewasa.

Sudah saat nya para pencipta lagu itu memikirkan nasib anak-anak indonesia yang sekaramg ini sangatlah kekurangan. Sehingga lagu anak yang mendidik semakin kaya dan berkembang di negara INDONESIA tercinta ini.

sumber:http://musicbandung.tumblr.com/post/18115375091/lagu-anak-yang-semakin-hilang ( dengan perubahan seperlunya)

Tanda - tanda Khusnul Khotimah


Meninggalkan dunia yang fana ini dalam keadaan husnul khatimah merupakan dambaan setiap insan yang beriman, karena hal itu sebagai bisyarah, kabar gembira dengan kebaikan untuknya. Al-Imam Al-Albani t menyebutkan beberapa tanda husnul khatimah dalam kitabnya yang sangat bernilai Ahkamul Jana`iz wa Bida’uha. Berikut ini kami nukilkan secara ringkas untuk pembaca yang mulia, disertai harapan dan doa kepada Allah k agar kita termasuk orang-orang yang mendapatkan husnul khatimah dengan keutamaan dan kemurahan dari-Nya. Amin!

Pertama: mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal, dengan dalil hadits Mu’adz bin Jabal , ia menyampaikan dari Rasulullah :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang akhir ucapannya adalah kalimat ‘La ilaaha illallah’ ia akan masuk surga.” (HR. Al-Hakim dan selainnya dengan sanad yang hasan)

Kedua: meninggal dengan keringat di dahi.

Buraidah ibnul Hushaib  ketika berada di Khurasan menjenguk saudaranya yang sedang sakit. Didapatkannya saudaranya ini menjelang ajalnya dalam keadaan berkeringat di dahinya. Ia pun berkata, “Allahu Akbar! Aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda:

مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِيْنِ

“Meninggalnya seorang mukmin dengan keringat di dahi.” (HR. Ahmad, An-Nasa`i, dll. Sanad An-Nasa`i shahih di atas syarat Al-Bukhari)

Ketiga: meninggal pada malam atau siang hari Jum’at, dengan dalil hadits Abdullah bin ‘Amr , beliau menyebutkan sabda Rasulullah :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ

“Tidak ada seorang muslimpun yang meninggal pada hari Jum’at atau malam Jum’at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi. Hadits ini memiliki syahid dari hadits Anas, Jabir bin Abdillah  dan selain keduanya, maka hadits ini dengan seluruh jalannya hasan atau shahih)

Keempat: syahid di medan perang. Allah k berfirman:

“Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka hidup di sisi Rabb mereka dengan mendapatkan rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka dan mereka beriang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka (yang masih berjihad di jalan Allah) yang belum menyusul mereka. Ketahuilah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergembira dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” (Ali Imran: 169-171)

Dalam hal ini ada beberapa hadits:

1. Rasulullah bersabda:

لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدُهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ الْفَزَعَ الْأَكْبَرَ، وَيُحَلَّى حِلْيَةَ الْإِيْمَانِ، وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِيْنَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ

“Bagi orang syahid di sisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya di surga, dilindungi dari adzab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan perhiasaniman, dinikahkan dengan hurun ‘in (bidadari surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada tujuh puluh orang dari kalangan kerabatnya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad dengan sanad yang shahih)

2. Salah seorang sahabat Rasulullah  mengabarkan: Ada orang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa kaum mukminin mendapatkan fitnah (ditanya) dalam kubur mereka kecuali orang yang mati syahid?” Beliau  menjawab:

كَفَى بِبَارَقَةِ السُّيُوْفِ عَلَى رَأْسِهِ فِتْنَةً

“Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah (ujian).” (HR. An-Nasa`i dengan sanad yang shahih)

Kelima: meninggal di jalan Allah 

Abu Hurairah menyampaikan sabda Rasulullah :

مَا تَعُدُّوْنَ الشَّهِيْدَ فِيْكُمْ؟ قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ. قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيْلٌ. قَالُوْا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ, وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فيِ الطَّاعُوْنَ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَالْغَرِيْقُ شَهِيْدٌ

Siapa yang terhitung syahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid.” Beliau menanggapi, “Kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit.” “Bila demikian, siapakah mereka yang dikatakan mati syahid, wahai Rasulullah?” tanya para sahabat. Beliau menjawab, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal di jalan Allah maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un2 maka ia syahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia syahid, dan siapa yang tenggelam ia syahid.” (HR. Muslim)

Keenam: meninggal karena penyakit tha’un
Selain disebutkan dalam hadits di atas juga ada hadits dari Anas bin Malik , ia berkata, “Rasulullah  bersabda:

الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

“Tha’un adalah syahadah bagi setiap muslim.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Aisyah  pernah bertanya kepada Rasulullah  tentang tha’un, maka Rasulullah  mengabarkan kepadanya:

إِنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلىَ مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ، فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ

“Tha’un itu adalah adzab yang Allah kirimkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Maka Allah jadikan tha’un itu sebagai rahmat bagi kaum mukminin. Siapa di antara hamba (muslim) yang terjadi wabah tha’un di tempatnya berada lalu ia tetap tinggal di negerinya tersebut dalam keadaan bersabar, dalam keadaan ia mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya melainkan karena Allah telah menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak ada yang patut diterimanya kecuali mendapatkan semisal pahala syahid.” (HR. Al-Bukhari)

Ketujuh: meninggal karena penyakit perut, karena tenggelam, dan tertimpa reruntuhan, berdasarkan sabda Rasulullah :

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُوْنُ وَالْمَبْطُوْنُ وَالْغَرِقُ وَصاَحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيْدُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Syuhada itu ada lima, yaitu orang yang meninggal karena penyakit tha’un, orang yang meninggal karena penyakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang meninggal karena tertimpa reruntuhan, dan orang yang gugur di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah )

Kedelapan: meninggalnya seorang ibu dengan anak yang masih dalam kandungannya, 

berdasarkan hadits Ubadah ibnush Shamit . Ia mengabarkan bahwa Rasulullah  menyebutkan beberapa syuhada dari umatnya di antaranya:

الْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ شَهَادَةٌ، يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ

“Wanita yang meninggal karena anaknya yang masih dalam kandungannya adalah mati syahid, anaknya akan menariknya dengan tali pusarnya ke surga.” (HR. Ahmad, Ad-Darimi, dan Ath-Thayalisi dan sanadnya shahih)

Kesembilan: meninggal dalam keadaan berjaga-jaga (ribath) fi sabilillah.

Salman Al-Farisi  menyebutkan hadits Rasulullah :

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ، وَأًُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتّاَنَ

“Berjaga-jaga (di jalan Allah) sehari dan semalam lebih baik daripada puasa sebulan dan shalat sebulan. Bila ia meninggal, amalnya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur).” (HR. Muslim)

Kesepuluh: meninggal dalam keadaan beramal shalih.

Hudzaifah  menyampaikan sabda Rasulullah :

مَنْ قَالَ: لاَ إِلهَ إِلاَّ الله ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ. وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Siapa yang mengucapkan La ilaaha illallah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang berpuasa sehari karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga. Siapa yang bersedekah dengan satu sedekah karena mengharapkan wajah Allah yang ia menutup hidupnya dengan amal tersebut maka ia masuk surga.” (HR. Ahmad, sanadnya shahih)

Kesebelas: meninggal karena mempertahankan hartanya yang ingin dirampas orang lain.

 Rasulullah bersabda:

مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ

“Siapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka ia syahid.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr)

Abu Hurairah  berkata: Datang seseorang kepada Rasulullah , ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu bila datang seseorang ingin mengambil hartaku?” Beliau menjawab, “Jangan engkau berikan hartamu.” Ia bertanya lagi, “Apa pendapatmu jika orang itu menyerangku?” “Engkau melawannya,” jawab beliau. “Apa pendapatmu bila ia berhasil membunuhku?” tanya orang itu lagi. Beliau menjawab, “Kalau begitu engkau syahid.” “Apa pendapatmu jika aku yang membunuhnya?” tanya orang tersebut. “Ia di neraka,” jawab beliau. (HR. Muslim)

Keduabelas: meninggal karena membela agama dan mempertahankan jiwa/membela diri.

Rasulullah  pernah bersabda:

مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ

Siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia syahid, siapa yang meninggal karena membela keluarganya maka ia syahid, siapa yang meninggal karena membela agamanya maka ia syahid, dan siapa yang meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia syahid.” 
(HR. Abu Dawud, An-Nasa`i, dan At Tirmidzi dari Sa’id bin Zaid  dan sanadnya shahih)

sumber:http://asysyariah.com/tanda-khusnul-khatimah.html ( dengan perubahan seperlunya)


kata-kata mutiara

Jangan takut menjadi tua, karena pasti menua. Tapi takutlah tak menjadi dewasa, karena kedewasaan sikaplah yang menjadi jalan kebahagiaan dan kemuliaan.


Tak perlu menjawab penghinaan dengan penghinaan lagi, cukup jawablah dengan evaluasi diri, gigih memperbaiki diri, dan beri bukti yang tak terpungkiri. 




Orang yang sedikit pengetahuan, wawasan dan pengalaman, seperti yang terbelenggu dan dipenjara oleh keterbatasannya, hidup tak akan leluasa dan sulit untuk berbahagia.


Semakin ingin menunjukan diri kita agar diakui, dihormati, maka semakin tertekan, tegang dan melelahkan bathin, dan biasanya makin tak disukai. 




Mustahil semua orang akan menyukai kita — walau kita berbuat baik semaksimal mungkin. Tak usah aneh dan kecewa, terus saja berbuat yang terbaik, karena itulah yang kembali kepada kita


Keberanian untuk mengatakan tak tahu untuk yang tak diketahuinya jauh akan lebih menenangkan dan dihormati daripada selalu ingin kelihatan serba tahu atau sok tahu 




Konflik biasanya terjadi karena saya benar dan kamu salah, berilah kesempatan hati mengatakan kita benar dan diapun boleh jadi benar, Insya Allah akan mudah cari solusi.


Orang yang paling mulia diantara manusia adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan paling siap menghadapinya dengan bekal amal shalih.


ang penting bagi pimpinan bukan memaksa anggotanya menaati kepada perintahnya, tapi membuat paham apa yang terbaik yang harus dilakukannya dengan penuh kesadaran.
Sumber Artikel : http://www.poztmo.com/2011/10/kata-kata-mutiara-islami.html .